Jakarta, CNN Indonesia —
Perselisihan Hamas dan Fatah kembali menjadi sorotan usai kelompok perlawanan itu mengecam pernyataan Menteri Luar Negeri Palestina Varsen Aghabekian Shahin yang menyerukan pelucutan senjata milisi tersebut.
Shahin merupakan pejabat Otoritas Palestina (PA), pemerintah Palestina yang diakui komunitas internasional dan berasal dari Partai Fatah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pernyataan resmi, Hamas terkejut dengan komentar Shahin di tengah agresi brutal Israel di Palestina yang masih berlangsung Sampai sekarang hari ini dan Sebelumnya menewaskan lebih ari 61 ribu orang.
Hamas Bahkan menyatakan pernyataan itu tak menunjukkan keberpihakan ke rakyat Palestina.
Selama ini, upaya rekonsiliasi Hamas dan Fatah Pernah pernah berlangsung Sekalipun demikian tidak pernah Sungguh-sungguh mempersatukan kedua partai ini.
Terbaru, Hamas dan Fatah sepakat menandatangani perjanjian rekonsiliasi demi mengakhiri persaingan politik selama beberapa dekade terakhir di China pada Juli 2024 lalu.
Pejabat senior Hamas, Musa Abu Marzuk, saat itu mengumumkan partainya Sebelumnya menandatangani perjanjian upaya rekonsiliasi dengan Fatah dan beberapa kelompok Palestina lainnya di Beijing, China.
Rekonsiliasi ini berlangsung kala agresi brutal Israel ke Gaza belum lama terjadi, yang dipicu serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.
Siapa Hamas dan Fatah? Kenapa mereka Setiap Saat terpecah soal memperjuangkan Palestina?
Hamas
Hamas, singkatan dari Harakat al-Muqawamah al-Islamiyya atau Gerakan Perlawanan Islam, merupakan salah satu Partai besar di Palestina yang berdiri di Gaza pada 1987 oleh Sheikh Ahmed Yasin dan Abdul Aziz al-Rantissi.
Pembentukan Hamas banyak dilihat sebagai offshot atau cabang dari gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir.
Kelompok ini memiliki sayap militer, Brigade Izz al-Din al-Qassam, dan mendefinisikan diri sebagai gerakan pembebasan nasional berbasis Islam. Hamas menolak mengakui keberadaan Israel, Sekalipun demikian sejak 2017 menyatakan menerima pembentukan negara Palestina di perbatasan 1967 sebagai kesepakatan nasional.
Meski begitu, Hamas tetap berpegang pada cita-cita membebaskan seluruh wilayah Palestina “from the river to the sea”
Fatah
Fatah, singkatan dari Harakat al-Tahrir al-Filistiniya atau Gerakan Pembebasan Nasional Palestina, Merupakan gerakan sekuler yang berdiri di Kuwait pada akhir 1950-an. Dipimpin tokoh-tokoh seperti Yasser Arafat, Khalil al-Wazir, Salah Khalaf, dan Mahmoud Abbas, Fatah awalnya mengandalkan perjuangan bersenjata melalui sayap militer al-Asifah.
Sekalipun demikian setelah terlibat dalam Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dan menandatangani Kesepakatan Oslo pada 1990-an, Fatah memilih jalur Politik Luar Negeri. Fatah mengakui Israel dan mendorong pembentukan negara Palestina di perbatasan 1967.
Perpecahan kedua kubu memuncak pada 2007, setelah Hamas memenangkan Pemungutan Suara Rakyat legislatif setahun sebelumnya.
Dikutip Al Jazeera, Fatah menolak hasil tersebut, dan bentrokan bersenjata membuat Hamas mengambil alih Gaza, sementara Fatah tetap memegang kendali di Tepi Barat. Sejak itu, Hamas menguasai Gaza dan Fatah memimpin Otoritas Palestina di Tepi Barat.
Perbedaan strategi menjadi jurang utama antara keduanya. Hamas tetap mengandalkan perlawanan bersenjata, sedangkan Fatah menempuh jalur Perundingan dan menolak aksi militer.
Kesepakatan Oslo Bahkan mewajibkan Otoritas Palestina berkoordinasi dengan Israel dalam urusan keamanan, termasuk mencegah serangan terhadap warga Israel, kebijakan yang memicu Perdebatan di kalangan rakyat Palestina.
Meski sempat mengumumkan kesepakatan untuk mengakhiri perpecahan, persatuan penuh Hamas dan Fatah masih menjadi tantangan. Bagi sebagian pihak, perbedaan ideologi dan strategi inilah yang membuat keduanya sulit Sungguh-sungguh akur dalam membangun Palestina.
(zdm/rds)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA
