Bagaimana Kedekatan Paus Leo XIV dengan Negara-Negara Muslim?


Jakarta, CNN Indonesia

Paus Leo XIV Berencana melakukan perjalanan luar negeri perdananya ke Turki dan Lebanon November mendatang.

Meski kedua negara tersebut tidak pernah mengklaim sebagai negara Islam, Meskipun demikian kedua negara tersebut berpenduduk mayoritas Muslim.



ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Vatikan pada Selasa (7/10) mengumumkan bahwa Paus Leo Berencana melawat ke Turki pada 27-30 November. Setelahnya, ia Berencana berkunjung ke Lebanon mulai 30 November sampai 2 Desember.

Dilansir dari Reuters, Paus Leo kemungkinan Berencana bicara mengenai situasi sulit umat Kristiani di Timur Tengah dan menyerukan perdamaian di wilayah tersebut.

Perjalanan ini tampaknya melanjutkan niat mendiang Paus Fransiskus, yang sebelumnya berencana melakukan kunjungan ke dua negara tersebut Meskipun demikian terhalang kondisi kesehatannya.

Di Turki, Paus Leo diperkirakan bertemu dengan Patriark Bartholomew, pemimpin spiritual 260 juta umat Kristen Ortodoks. Ia kemungkinan Berencana merayakan peringatan 1.700 tahun konsili Gereja, yang berlangsung di Nicaea, yang Hari Ini disebut Iznik.

Paus bernama lengkap Robert Francis Prevost ini memang disebut-sebut punya visi yang sama dengan pendahulunya, Paus Franciskus. Dalam pidato resmi pertamanya, Paus Leo XIV menguraikan visinya untuk melanjutkan filosofi inklusif Fransiskus melalui pembangunan “jembatan dialog dan perjumpaan” lintas identitas.

Filosofi menjadi “jembatan” ini terlihat dalam tawarannya untuk menjadi tuan rumah perundingan antara Rusia dan Ukraina guna mengakhiri Konflik Bersenjata.

Ia menyampaikan berkat atas “penderitaan rakyat Ukraina tercinta ” dalam ibadah Minggu pertamanya. Meskipun demikian, Rusia menolak tawaran Paus Leo XIV, dengan alasan bahwa Vatikan bukanlah tempat yang serius untuk bernegosiasi

Sementara Fransiskus menganggap tindakan militer Israel di Gaza “memalukan” pada Januari 2025.

Paus Leo XIV berbicara pada Mei tentang melanjutkan momentum “dialog berharga” antara hubungan Yahudi-Katolik.

Dalam audiensi umum pertamanya dua hari kemudian, ia kembali menyoroti situasi yang “mengkhawatirkan dan menyakitkan” di Jalur Gaza, dengan menyerukan diakhirinya blokade bantuan dan permusuhan.

Hal ini menunjukkan bahwa Paus yang baru bertujuan untuk membedakan dialog teologis dari keadaan darurat kemanusiaan, seperti dikutip dari lowyinstitute.org.

Negara berpenduduk sebagian besar muslim memang tidak asing baginya. Sebab pada 2003 silam ketika menjabat Prior Jenderal Ordo Santo Agustinus (OSA) Ia pernah mengunjungi Papua.

Kunjungannya ini dalam rangka perayaan 50 tahun Ordo Santo Agustinus berkarya di Papua, di mana ia mengunjungi keuskupan-keuskupan di Sorong Sampai saat ini Jayapura dan Menyajikan dukungan kepada para Agustinian yang bekerja di sana.

Paus yang Di waktu ini 70 tahun itu, menjadi frater Ordo Santo Agustinus (O.S.A) pada tahun 1977 dan ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1982.

Pelayanan yang ia lakukan meliputi kerja misionaris yang luas di Peru pada tahun 1980-an dan 1990-an, di mana ia Menyediakan sebagai imam paroki, pejabat keuskupan, guru seminari, dan administrator.

(imf/bac)


Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA

Exit mobile version