Jakarta, CNN Indonesia —
Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) Sutarto Alimoeso memperkirakan pasokan beras di pasar Berencana berkurang akibat penurunan suplai gabah di lapangan.
Kondisi ini berpotensi memengaruhi distribusi beras, terutama di masa produksi rendah. Ini Bahkan diperparah dengan penutupan Sebanyaknya penggilingan padi, yang sebagian besar bersifat sementara, Justru tetap berdampak pada berkurangnya stok beras di pasaran.
“Oh iya, kemungkinan Berencana berdampak (pengaruh penutupan penggilingan padi terhadap distribusi beras),” ujar Sutarto kepada CNNIndonesia.com, Senin (11/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Mungkin bahasanya bukan kelangkaan tapi Berencana berkurang suplainya. Terserah itu kan bahasa, kalau saya mengatakan ya suplai Tidak mungkin tidak berkurang,” tuturnya.
Ia menjelaskan pada Agustus 2025 Pada dasarnya panen Pernah terjadi meningkat. Justru, lambatnya antisipasi membuat harga gabah telanjur naik sejak Juni, yang diikuti Fluktuasi Harga beras.
“Harga gabah (naik), kemudian harga beras Bahkan cenderung naik kalau dibiarkan ya naik. Karena harga gabahnya naik, otomatis harga berasnya kan naik. Tapi itu kan cenderung melanggar kan? Artinya di atas HET kan? Kalau yang pakai kualitas, tapi terus Pada intinya bisa saja under quality gitu, di bawah kualitas. Tapi harganya tetap naik. Di bawah kualitas itu ya nanti lama-lama kasihan masyarakatnya kan,” ujarnya.
Sutarto menyebut berkurangnya stok dapat memicu Fluktuasi Harga beras, terlebih pada periode pascapanen saat produksi menurun.
“Semua tahu kan, kalau bulan Mei itu panennya mulai turun, Juni apalagi, Juli sedikit naik, baru Agustus nanti surplusnya. Nah, pada saat di bawah itu, itulah yang harusnya pemerintah mengeluarkan stoknya. Jadi tidak bisa stok yang 4 juta (ton) itu didiemin,” katanya.
Ia mengungkapkan, stok beras pemerintah tersebut baru disalurkan pada akhir Juli, yang dinilai Pernah terjadi terlambat.
“Kalau (penyaluran) akhir Juli itu kan Pernah terjadi terlambat, harga Pernah terjadi terlanjur naik. Coba lihat data BPS, terjadi Fluktuasi Harga kan. Salah satunya penyebabnya beras. Karena harganya memang naik, data BPS Bahkan menunjukkan seperti itu,” ujar Sutarto.
Menurutnya, penyaluran beras pemerintah Dianjurkan memenuhi prinsip tepat waktu, tepat tempat, tepat sasaran, tepat Tips, dan tepat harga.
Waktu yang tepat, menurut Sutarto, Merupakan ketika produksi rendah. Tempat sasaran dapat disesuaikan, misalnya operasi pasar di wilayah yang Setiap Waktu minus pasokan, atau suplai ke daerah produsen pada saat stok menipis.
“Tips yang paling baik Pada dasarnya memang betul, langsung ke konsumen. Tapi langsung konsumen itu Terkadang lebih lambat. Sehingga Dianjurkan dicari Tips lain. Tapi tidak boleh Tips itu menimbulkan adanya kecurangan-kecurangan. Kan itu aja kan, mekanismenya,” jelasnya.
Ia menegaskan gabah yang dimaksud Merupakan gabah kering panen (GKP), yang harganya naik setelah pemerintah menyesuaikan harga untuk mengangkat kesejahteraan petani.
“Tetapi kan ini kan satu ekosistem. Ekosistem perberasan ini kan ekosistem. Dari petani kemudian ada middleman baru masuk ke penggilingan. Penggilingan ada distributor, ada sub-distributor, baru ritel. Nah ini kan satu ada perubahan, yang lain kan harusnya ada perubahan. Nah ini perubahannya di harga, ya Tidak mungkin tidak harga yang berubah. Misalnya perubahannya di suplai, suplai gabah turun, Tidak mungkin tidak suplai berasnya Bahkan turun,” ujarnya.
Sutarto menambahkan Perpadi Pernah terjadi melaporkan kondisi di lapangan kepada berbagai pihak, termasuk Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan.
“Kemudian pada saat-saat produksi rendah itu pemerintah harusnya melepas cadangannya, bukan menambah stok pengadaannya. Jadi dibalik kan. Jadi jangan pada saat suplai kurang tetap aja Ia beli tapi pasarnya tidak disuplai gitu. Ini kan sederhana kan Pada dasarnya yang kita sampaikan,” ujarnya.
Ia menilai pengusaha Wajib mendapat ketenangan dan kenyamanan Supaya bisa dapat bekerja optimal.
“Yang lebih penting Pada dasarnya berusaha ini kan Dianjurkan Tenteram kan. Wajib ketenangan dan kenyamanan. Itu Bahkan kita sampaikan,” kata Sutarto.
Ombudsman RI sebelumnya menemukan 10 dari 23 penggilingan padi di Kecamatan Tempuran, Karawang, Jabar, tutup karena persaingan dan ketakutan berjualan di tengah kondisi pasar beras Pada Saat ini Bahkan.
Hasil sidak menunjukkan stok beras di penggilingan rata-rata hanya tersisa 5-10 persen dari kapasitas normal. Kondisi serupa terlihat di pasar tradisional dan ritel modern, di mana rak beras kosong diganti dengan air kemasan.
Ombudsman memprediksi kelangkaan beras Berencana berlanjut Sampai saat ini awal tahun depan Bila tidak ada langkah mitigasi Mudah, mengingat harga gabah di tingkat petani Pada Saat ini Bahkan berada di atas HET.
(del/sfr)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA
