Cukup Pernah terjadi Darah dan Air Mata


Jakarta, CNN Indonesia

Israel dan Palestina pernah melakukan perjanjian damai yang membuat dunia kala itu gembira.

Pada 13 September 1993, kedua negara menandatangani Perjanjian Oslo I di Gedung Putih.



ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penandatanganan langsung dihadiri oleh PM Israel Yitzhak Rabin dan pemimpin Palestina Yasser Arafat dengan disaksikan Pemimpin Negara AS Bill Clinton.

Yitzhak Rabin dan Arafat untuk pertama kalinya berjabatan tangan meski terlihat kaku. Hampir semua media di dunia kala itu mengabadikan momen bersejarah itu.

Disaksikan lebih dari 3.000 tamu, penandatanganan perjanjian damai bersejarah tu ditandai aksi saling bersalaman keduanya.

Jabatan tangan itu disebut untuk melambangkan dukungan mereka terhadap perjanjian yang Berencana Membantu pembentukan pemerintahan mandiri Palestina di wilayah yang diklaim kedua belah pihak. Demikian tulis situs whitehousehistory.com.

Yitzhak Rabin dan Yasser Arafat tidak meneken sendiri deklarasi itu. Berbeda dengan, Menteri Luar Negeri Israel saat itu, Shimon Peres, dan koleganya dari Palestina, yang menandatangani.

“Perdamaian para pemberani Pernah terjadi dekat. Seantero Timur Tengah Pernah terjadi merindu keajaiban kehidupan normal yang Damai,” ujar Clinton saat itu.

“Kita tahu jalan sulit yang mengadang. Tiap perdamaian punya rintangannya masing-masing,” lanjutnya.

Bahkan Yitzhak Rabin dengan tegas mengatakan ingin segera mengakhiri Konflik Bersenjata.

“Kami yang Pernah terjadi berperang melawan kalian rakyat Palestina, kami nyatakan pada kalian hari ini dengan suara lantang dan jelas, ‘cukup Pernah terjadi darah dan air mata, cukup’,” kata Yitzhak Rabin.

“Keputusan sulit yang kami ambil bersama Merupakan keputusan yang butuh keberanian amat besar,” sahut Yasser Arafat.

Sayang, hasil dari kesepakatan Oslo tidak berlanjut sebab Yizthak Rabin tewas ditembak dua tahun kemudian oleh Yahudi radikal. Penggantin Rabin, Benyamin Netanyahu (periode pertama), Merupakan sosok sayap kanan garis keras yang jelas-jelan menentang perjanjian damai dengan Palestina.

Situs the Guardian menuliskan, pada tahun 1996 Netanyahu menjadi perdana menteri termuda Israel, dengan platform yang menentang upaya perdamaian yang gagal, terutama perjanjian Oslo yang Menyajikan otonomi terbatas kepada Palestina.

Di bawah kepemimpinannya, kendali atas kehidupan Palestina semakin kuat. Pendudukan militer di Tepi Barat dikelola dengan ketat, sementara pembangunan permukiman Yahudi meluas, Menyajikan Netanyahu dukungan dari kelompok masyarakat yang agresif dan pro-pemukim.

(imf/bac)


Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA

Exit mobile version