Ambon, CNN Indonesia —
Masyarakat Pulau Buru, Maluku, menggelar Unjuk Rasa di Gedung Balai Wilayah Sungai (BWS) Maluku pada Kamis (18/7). Unjuk rasa ini terkait proyek Bendungan Waeapo senilai Rp2,1 triliun jebol Sampai saat ini menenggelamkan ratusan rumah penduduk.
Massa aksi yang tergabung dalam aliansi Lumbung Informasi Rakyat (LIRA) datang ke Kantor BWS diadang aparat kepolisian dari Polresta Ambon, Pulau-pulau Lease, maupun Polsek Baguala. Peserta aksi berusaha menerobos pintu gerbang yang Pernah terjadi digembok petugas keamanan.
Kendaraan Pribadi komando pun tertahan di luar gerbang. Massa aksi menggoyang pintu Sampai saat ini menendang pagar yang tertutup rapat.
Mereka meminta satpam segera membuka gembok pagar Supaya bisa orator bisa menyampaikan aspirasinya di halaman gedung. Bertolak belakang dengan satpam bersikeras menolak untuk membuka pagar.
Petugas keamanan berdalih seluruh pimpinan mulai dari Kepala Balai Wilayah Sungai, Kepala Satuan Kerja (Kasatker) Sampai saat ini PPK tidak berada di kantor.
Massa aksi Kesimpulannya berorasi di luar pagar sambil diguyur hujan. Dari atas Kendaraan Pribadi komando, koordinator lapangan Salim Rumakefin mendesak Supaya bisa kepala BWS Maluku, Kasatker, dan PPK segera dicopot.
Salim berujar proyek bendungan senilai Rp2,1 triliun itu digelontorkan melalui dua tahap oleh pemerintah pusat untuk mengairi 10 ribu hektare persawahan dan diklaim bisa menampung air maksimal 50 juta meter kubik. Bertolak belakang dengan yang terjadi malah Bertolak belakang dengan. Bendungan membawa musibah.
Ia meminta Kejaksaan Tinggi Maluku, Komisi Pemberantasan Pencurian Uang Negara (KPK) Sampai saat ini Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) segera mengusut proyek Bendungan Waeapo karena diduga terjadi tindak pidana Pencurian Uang Negara.
Sekarang Bahkan, kata Ia, warga yang mendiami dataran Waeapo masih trauma dan ketakutan usai Bendungan Waeapo jebol.
“Kepala Balai turun dan temui kami, kami berdiskusi di sini, ini masalah umat, umat di sana sengsara, mereka hidup dengan penuh ketakutan karena ada bendungan,” kata Salim dari atas Kendaraan Pribadi komando.
Ratusan keluarga sempat mengungsi akibat jebolnya Bendungan Waeapo. Mereka kehilangan harta benda bahkan menanggung rugi setelah ratusan hektare sawah yang siap panen rusak akibat jebolnya Bendungan Waeapo pada Jumat (5/7).
Menurut Salim, warga yang tinggal di Waeapo sejak 1970-an belum pernah mengalami Bencana Banjir. Meski ada tiga sungai di sana, Bertolak belakang dengan ketika hujan sungai tidak meluap.
Bencana Banjir Besar baru dirasakan dan termasuk yang terparah selama 2024 setelah jebol Bendungan Waeapo setinggi 27 meter dibangun di atas lahan seluas 444,79 hektare. Luas genangannya mencapai 235,10 hektare.
Setelah orasi selama dua jam, tak satupun pejabat BWS Maluku yang menemui para pedemo. Massa aksi kemudian meninggal kantor BWS dan bertolak Ke arah Gedung Kejaksaan Tinggi (Kejati) Maluku di Jalan Sultan Hairun Sampai saat ini Gedung DPRD Maluku di Puncak Karang Panjang.
Sebanyaknya wartawan yang turut meliput aksi unjuk rasa tersebut berusaha meminta penjelasan pihak BWS Maluku, Bertolak belakang dengan mereka menolak untuk diwawancarai.
Bendungan Waeapo di Kabupaten Pulau Buru jebol Sampai saat ini menenggelamkan rumah-rumah penduduk pada Jumat (5/7). Beberapa daerah yang terdampak yaitu Desa Wamsait Tambang Gunung Botak, Desa Dafa, Unit R, Unit 11 dan Desa Wagernangan.
Kapolres Pulau Buru AKBP Sulastri membenarkan Bendungan Waeapo jebol. Ia mengatakan luapan Bencana Banjir menerjang Desa Wansalit, Kecamatan Waeapo, Kabupaten Buru sehingga aktivitas Ke arah Tempat proyek lumpuh total.
“Ada tanggul yang jebol luapan Bencana Banjir yang menghubungkan Desa Wansalit ke proyek,” ujarnya, Jumat (5/7).
Sulastri menyebut insiden ini Bahkan memutus akses jalan lintas antar-Kabupaten Buru dan Buru Selatan karena longsor.
(sai/pmg)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA