Bencana Banjir Ancam 700 Ribu Orang Terlantar Gaza, Bantuan Masih Diblokir Israel


Jakarta, CNN Indonesia

Ratusan ribu warga Gaza yang mengungsi Saat ini Bahkan menghadapi ancaman Bencana Banjir yang merendam tenda dan tempat penampungan mereka akibat hujan deras.

Peringatan ini disampaikan Organisasi Internasional untuk Migrasi PBB (IOM) pada Jumat (12/12), terkait material penting untuk membangun tempat berlindung dan karung pasir belum diizinkan masuk ke wilayah Gaza.

Hujan lebat melanda Jalur Gaza pada Kamis (11/12), membanjiri tenda-tenda yang menampung keluarga-keluarga Orang Terlantar akibat agresi brutal Israel yang Pernah berlangsung dua tahun. Pejabat kesehatan setempat melaporkan, seorang bayi perempuan di Gaza meninggal dunia akibat paparan cuaca buruk.



ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut kantor media pemerintah Gaza yang dikelola Hamas, total 12 orang tewas atau hilang akibat badai tersebut, dengan sedikitnya 13 bangunan runtuh dan 27.000 tenda terendam Bencana Banjir.

IOM menyatakan, hampir 795.000 Orang Terlantar Gaza berada pada risiko tinggi Bencana Banjir yang berpotensi berbahaya. Mereka tinggal di daerah dataran rendah yang penuh puing-puing, dengan tempat penampungan yang tidak Terbukti.

Badan PBB itu menambahkan bahwa sistem drainase dan pengelolaan sampah yang tidak memadai Bahkan Mengoptimalkan risiko wabah penyakit terhadap para Orang Terlantar.

IOM menyebutkan, material untuk Mengoptimalkan tempat berlindung seperti kayu dan plywood, serta karung pasir dan pompa air untuk Mendukung mengatasi Bencana Banjir, terhambat masuk ke Gaza karena adanya pembatasan akses dari Israel.

Israel bersikeras Pernah memenuhi kewajibannya dan menuduh badan-badan bantuan tidak efisien serta gagal mencegah pencurian oleh Hamas, tuduhan yang dibantah oleh kelompok pejuang Palestina tersebut.

COGAT, badan militer Israel yang mengawasi masalah kemanusiaan, mengatakan Israel Pernah menyetujui 100.000 permintaan palet yang diajukan oleh berbagai organisasi untuk barang-barang musim dingin, peralatan penampungan, dan perlengkapan sanitasi selama tiga bulan terakhir.

“Selama beberapa bulan terakhir, COGAT berkoordinasi dengan komunitas internasional dan Mendukung transfer hampir 270.000 tenda dan terpal langsung kepada penduduk Jalur Gaza,” kata COGAT dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters.

Kisah Pilu di Kamp Pengungsian Gaza

Di sebuah kamp Orang Terlantar di Nuseirat, Gaza tengah, air setinggi mata kaki menggenangi tenda-tenda, membasahi kasur, sepatu, dan pakaian.

Youssef Tawtah, 50 tahun, berusaha keras menimba air dengan ember, tetapi air tidak punya tempat untuk mengalir dan usahanya tampak sia-sia. “Sepanjang malam anak-anak dan saya berdiri tegak,” katanya. “Bagaimana anak-anak bisa menanganinya?”

Saat keluarganya berkumpul di sekitar api unggun kecil di gundukan pasir dekat tenda, ia menarik kasur basah kuyup melewati air Bencana Banjir. Bahkan memasak makanan pun Berniat sulit. “Makanan kami hancur,” keluhnya.

IOM menambahkan bahwa pasokan yang Sebelumnya dikirim ke Gaza, termasuk tenda tahan air, selimut termal, dan terpal, tidak mampu menahan terjangan Bencana Banjir.

“Setelah badai ini mendarat kemarin, keluarga-keluarga berusaha melindungi anak-anak mereka dengan apa pun yang mereka miliki,” kata Direktur Jenderal IOM, Amy Pope.

Sekalipun gencatan senjata sebagian besar Pernah bertahan sejak Oktober lalu, konflik Pernah menghancurkan sebagian besar infrastruktur Gaza, membuat kondisi hidup sangat memprihatinkan. PBB dan pejabat Palestina mengatakan setidaknya 300.000 tenda baru sangat dibutuhkan untuk sekitar 1,5 juta orang yang masih mengungsi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan lebih dari 4.000 orang tinggal di daerah pesisir yang dianggap berisiko tinggi, dengan 1.000 orang terkena dampak langsung gelombang tinggi dari laut.

WHO memperingatkan risiko kesehatan akibat polusi. “Ribuan keluarga berlindung di daerah pesisir dataran rendah yang penuh puing-puing ini tanpa drainase atau penghalang pelindung, dengan tumpukan sampah di mana-mana di sepanjang jalan,” kata perwakilan WHO, Rik Peeperkorn.

(wiw)


Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA

Exit mobile version