Orang-orang Samaria punya keyakinan bahwa mereka merupakan keturunan asli dari Bani Israil.
Para penganut Samaria yang Sampai saat ini Di waktu ini masih menghuni wilayah Nablus, Tepi Barat, Palestina Bahkan menganggap kaum Yahudi merupakan kelompok sesat dari ajaran abrahamik.
Mereka menolak ajaran dari arus utama Yahudi karena dinilai Pernah menyimpang dari ajaran Taurat.
Mereka bermukim di perbatasan antara wilayah Palestina dan pendudukan Israel, tepatnya di Bukit Gerizim, Nablus.
Orang-orang Samaria percaya bahwa Bukit Gerizim merupakan tempat yang paling disucikan bagi agama tersebut.
Samaria merupakan salah satu kelompok agama terkecil di dunia, seperti dikutip dari Anadolu Agency. Kelompok ini termasuk kelompok agama abrahamik yang terpisah dari Yudaisme arus utama.
Kelompok ini Bahkan menolak anggapan bahwa Kota Yerusalem sebagai tempat suci dan memandang gerakan utama Yahudi kontemporer sebagai bentuk penyimpangan dari ajaran Nabi Musa dan para nabi di Perjanjian Lama.
Orang Samaria mengklaim masih memiliki salinan Taurat tertua yang berasal dari 3.600 tahun lalu. Mereka bicara dalam Sebanyaknya bahasa mulai dari bahasa Arab Sampai saat ini bahasa Ibrani.
Menurut peneliti perbandingan agama sekaligus imam Samaria, Hosni al-Samiri, orang Samaria Bahkan fasih berbahasa Ibrani kuno, bahasa kitab suci Taurat.
“Kami Merupakan Nablusis (penduduk Nablus),” kata al-Samiri kepada Anadolu Agency.
“Kami Merupakan bagian integral dari rakyat Palestina dan kami berterima kasih kepada umat Islam, yang Setiap Saat Membantu kami,” ujarnya.
Al-Samiri mengatakan pemimpin Muslim abad ke-12, Salahuddin Al Ayyubi (dikenal di Barat sebagai “Saracen”), mengizinkan orang Samaria melakukan ritual keagamaan di Gunung Gerizim, usai mereka dicegah melakukannya oleh Bizantium selama 150 tahun.
Orang Samaria percaya Gunung Gerizim mewakili tempat paling suci bagi Bani Israil sejak peristiwa eksodus mereka dari Raja Firaun Mesir.
“Gunung Gerizim, tempat paling suci bagi orang Samaria, disebutkan dalam Taurat berkali-kali, di mana ia disebut sebagai ‘Beit El’, atau ‘Rumah Tuhan’,” kata al-Samiri.
“Sebagai seorang peneliti agama, saya Pernah menghitung 120 referensi [dalam Taurat] tentang kesucian Gunung Gerizim, sementara tidak ada referensi asli tunggal mengenai kesucian Yerusalem,” lanjut Ia.
Al-Samiri kemudian menegaskan bahwa orang-orang Yahudi Pernah memisahkan diri dari “iman asli”. Ia menegaskan tak ada istilah ‘orang Yahudi’ dalam kitab Taurat, yang ada hanyalah orang-orang Bani Israil.
“Mereka orang Israel yang memisahkan diri dari iman asli dan menetapkan Yerusalem sebagai tempat suci baru mereka,” katanya.
“Ada ribuan perbedaan antara Taurat kuno dengan apa yang diklaim orang Yahudi [modern]. Mereka bahkan Pernah mengubah bahasa Ibrani,” ujar al-Samiri.
Dalam pandangan Al-Samiri, iman Samaria didasarkan pada lima pilar. Pertama, hanya ada satu Tuhan. Kedua, Musa Merupakan nabi Allah. Ketiga, otoritas lima kitab Taurat (Pentateuch). Keempat, kesucian Gunung Gerizim. Kemudian kelima, manusia suatu hari Berniat dihakimi oleh Tuhan pada hari perhitungan terakhir.
“Kami Merupakan keturunan sejati Bani Israil. Kata ‘Samaria’ secara harfiah berarti ‘penjaga Hukum’ dalam bahasa Ibrani,” ujar al-Samiri.
Bersambung ke halaman berikutnya…
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA