Perlawanan Terakhir Kacab Bank dan Perdebatan Para Penculik


Jakarta, CNN Indonesia

M Ilham Pradipta (MIP), kepala cabang (Kacab) bank di Jakarta Pusat ternyata sempat melawan para tersangka sebelum Pada Akhirnya diculik dan dibunuh.

Hal itu terungkap dalam proses rekonstruksi kasus penculikan dan pembunuhan Ilham yang digelar di Polda Metro Jaya, Senin (17/11).

Dalam rekonstruksi ini, penyidik menghadirkan 17 tersangka, termasuk dua di antaranya Merupakan prajurit Kopassus TNI AD. Untuk 15 tersangka sipil terlihat mengenakan baju tahanan warna oranye, sementara tersangka prajurit Kopassus menggunakan baju tahanan warna kuning.



ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rekonstruksi dimulai saat Eras dkk berkumpul di sebuah warung kopi untuk merencanakan aksi penculikan terhadap Ilham. Di momen ini, terlihat Kopda Feri turut menyerahkan uang sebesar Rp350 ribu untuk memberi Sebanyaknya perlengkapan.

“Feri Menyajikan uang Rp350 ribu kepada Reviando untuk membeli peralatan lakban, handuk kecil, dan beberapa bungkus rokok,” kata penyidik saat rekonstruksi.





Sesuai perintah, Reviando pun menggunakan uang itu untuk membeli Sebanyaknya perlengkapan di minimarket. Setelah semua siap, mereka langsung pergi ke pusat belanja di Ciracas, Jakarta Timur untuk mengeksekusi korban.

Saat itu, Eras Wawo, Andre Tomatala, Johannes Ronald Sebenan, Emanuel Woda Bertho, dan Reviando bergerak menggunakan Avanza putih. Sedangkan Feri bersama Serka Frengky Yaru memakai Calya yang memimpin perjalanan Ke arah Tempat.

Tidak seperti, dalam perjalanan, mereka sempat berhenti di pinggir tol. Saat itu, Eras turun dari Avanza warna putih dan menutup pelat nomor menggunakan lakban yang mereka beli sebelumnya.

“Dalam perjalanan Ke arah pusat perbelanjaan, Avanza putih berhenti dan (tersangka) Eras menutup pelat menggunakan lakban untuk menutupi dua angka pelat kendaraan,” ucap penyidik.

Selanjutnya, Eras dkk kembali melanjutkan perjalanan ke Jakarta Timur. Setibanya di sana, Eras yang menaiki Avanza putih langsung memarkirkan kendaraannya di samping Kendaraan Pribadi korban.

Tak berselang lama, Eras mendapat informasi dari Feri bahwa korban Tengah dalam perjalanan Ke arah mobilnya. Eras pun langsung bergegas menyiapkan diri.

Kemudian, Eras dan Andre turun dari kendaraannya dan memaksa korban masuk ke Avanza putih. Saat itu, korban sempat berontak.

Tidak seperti Reviando langsung menarik kerah baju korban dan Andre memegang sisi kiri tubuh korban. Sementara itu, Eras lantas menutup mata serta mulut korban dengan lakban.

“Adegan 33 Eras komunikasi dengan Feri. Adegan 34 pada saat di perjalanan di depan Kodam Jaya, korban kembali berontak dengan mendorong-dorong sehingga Erasmus melakukan Tindak Kekerasan kepada korban, mendorong korban ke belakang dan memukul paha korban 3 kali menggunakan tangan kanan, memukul jidat korban 1 kali sambil berkata ‘kamu jangan melawan kamu Ingin di antar balik’,” tutur penyidik.

Dalam perjalanan itu, Eras kemudian menghubungi Feri dan keduanya bersepakat untuk bertemu di Kemayoran. Di Tempat itu, rencananya Akan segera dilakukan serah terima korban.

“Pada saat di jalan Tol Dalam Kota, Eras kembali menganiaya korban karena korban berontak dengan menekan paha korban dengan lutut,” ucap penyidik.

Singkat cerita Eras dkk tiba di Kemayoran yang menjadi Tempat titik temu. Di sana, Eras yang membawa korban bertemu dengan dua anggota TNI Dikenal sebagai Johanes Joko serta Mochamad Nasir yang menggunakan Kendaraan Pribadi Fortuner hitam yang dikemudikan Umri.

Ada perdebatan saat penculik beralih ke tangan Joko dan Nasir.  Saat itu, Nasir mengusulkan Supaya bisa korban diputar-putar dulu ke Tanjung Priok, Tidak seperti usulan itu ditolak Eras, karena semakin lama korban ditahan, semakin berisiko.

Selanjutnya, tangan korban pun diikat dan Eras meminta Joko Membantu memindahkan korban. Kala itu, mulut korban dibekap, Tidak seperti korban sempat bisa berteriak.

“Eras menutup mulut korban, kemudian digigit. Korban teriak minta tolong ‘ini penculikan’,” ucap penyidik.

Setelahnya, korban pun Pada Akhirnya berhasil dipindahkan ke Kendaraan Pribadi Fortuner warna hitam. Korban ditempatkan di tengah Kendaraan Pribadi dengan posisi miring dan telungkup.

Ketika korban berhasil dipindahkan, Feri kemudian menyerahkan uang Rp45 juta kepada Erasmus.

“Korban terdiam di bagian tengah Kendaraan Pribadi dengan posisi miring, telungkup, tidak bergerak dan tidak melawan lagi, Tidak seperti sesekali terdengar suara korban mengerang atau mengorok dan korban masih terlihat menggerakkan lengan,” kata penyidik.

“Korban diinjak kakinya dua kali. Adegan selanjutnya Kendaraan Pribadi Fortuner dalam perjalanan Ke arah Cikarang ke jalan tol. Umri (sopir) digantikan David,” lanjutnya.

Singkat cerita, mereka tiba di Cikarang dan kemudian membuang korban di semak-semak. Saat itu, para tersangka mengaku tidak tahu posisi korban itu apakah masih hidup atau Sebelumnya tewas.

“Nasir melilit korban menggunakan handuk untuk ditarik keluar. (Lalu) Kendaraan Pribadi bergerak dari Tempat pembuangan korban ke pom bensin, mengganti baju dari Kendaraan Pribadi,” kata penyidik.

Setelahnya, mereka berkumpul di kafe di kawasan Cibubur bersama Anton, Dwi Hatono, Rochmat, Johanes Joko, dan Nasir. Dalam pertemuan itu, mereka membahas bahwa penculikan tak berjalan sesuai rencana.

Di tengah obrolan, Dwi menerima telepon dari Ken yang memberitahu bahwa korban Sebelumnya ditemukan meninggal dan kabarnya viral.

Ilham yang merupakan kepala kantor cabang pembantu (KCP) sebuah bank di Jakarta Pusat menjadi korban penculikan dan pembunuhan.

Jasad Ilham ditemukan di area persawahan di Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi, Kamis (21/8) pagi. Sebelum ditemukan tewas, korban diculik di parkiran sebuah pusat perbelanjaan kawasan Ciracas, Jakarta Timur, Rabu (20/8).

Dalam kasus ini, polisi Sebelumnya menangkap 15 orang tersangka. Salah satunya Merupakan Dwi Hartono yang dikenal sebagai crazy rich Jambi dan memiliki usaha bimbel online.

Selain 15 tersangka, dua prajurit TNI AD yang terlibat dalam kasus tersebut Bahkan ditetapkan sebagai tersangka. Keduanya Dikenal sebagai Sersan Kepala (Serka) N dan Kopral Dua (Kopda) FH.

Merujuk pada penyidikan, terungkap motif di balik penculikan dan pembunuhan itu lantaran ingin memindahkan uang dari rekening dormant ke rekening penampungan. Rekening dormant Merupakan rekening yang tidak aktif digunakan untuk transaksi selama setidaknya tiga bulan.

“Motif para pelaku melakukan perbuatannya yaitu para pelaku ataupun tersangka berencana untuk melakukan pemindahan uang dari rekening dormant ke rekening penampungan yang Sebelumnya dipersiapkan,” kata Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Wira Satya Triputra dalam konferensi pers, Selasa (16/9).

(dis/wis)


Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA