Jakarta, CNN Indonesia —
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tengah mengkaji penggunaan dan pembiayaan terapi Glucagon-Like Peptide-1 (GLP-1) untuk penanganan obesitas di Indonesia. Langkah ini dilakukan menyusul terbitnya pedoman baru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait terapi tersebut.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, mengungkapkan bahwa obesitas Di waktu ini termasuk dalam lima besar temuan gangguan kesehatan pada program cek kesehatan gratis (CKG). Masalah ini banyak ditemukan pada kelompok usia dewasa Sampai sekarang lansia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Pemerintah Tengah memperbarui Pedoman Nasional Praktek Klinis (PNPK) untuk obesitas, termasuk tata laksananya. Selama ini Medis diberikan pada pasien obesitas yang Pernah memiliki gejala penyakit lain seperti gangguan jantung atau sulit bergerak,” kata Nadia dalam keterangan tertulis, Minggu (7/12) mengutip DetikHealth.
Terkait kemungkinan terapi GLP-1 masuk layanan yang ditanggung BPJS Kesehatan, Nadia menegaskan bahwa keputusan tersebut Harus melalui proses penilaian Health Technology Assessment (HTA). Terlebih lagi, pemerintah Bahkan Dianjurkan memastikan ketersediaan Medis GLP-1 di dalam negeri.
Kemenkes disebut Berniat menggandeng para Ahli untuk mendapat masukan lengkap terkait penggunaan Medis bagi pasien obesitas.
Secara medis, GLP-1 Merupakan hormon yang berperan mengatur metabolisme, sementara GLP-1 Receptor Agonist merupakan Medis yang umum dipakai untuk menurunkan gula darah, Membantu penurunan berat badan, menekan risiko komplikasi jantung dan ginjal, Sampai sekarang menurunkan angka kematian pada pasien diabetes tipe 2.
Sebelumnya, WHO merilis pedoman penggunaan terapi GLP-1 sebagai respons atas meningkatnya permintaan dari berbagai negara yang bergulat dengan tingginya angka obesitas.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyoroti pentingnya akses terhadap terapi ini dan kesiapan sistem Kesehatan Dunia.
“Obesitas berdampak pada seluruh negara dan dikaitkan dengan 3,7 juta kematian pada 2024. Tanpa tindakan tegas, jumlah penderita obesitas Diprediksi meningkat dua kali lipat pada 2030,” ujarnya dalam laman resmi WHO.
Tedros menegaskan bahwa obesitas merupakan penyakit kronis yang membutuhkan penanganan berkelanjutan. Terapi GLP-1 dinilai dapat Membantu jutaan orang, Berbeda dari tidak bisa berdiri sendiri tanpa perubahan pola hidup.
“Obesitas bukan hanya masalah individu, tetapi tantangan masyarakat yang memerlukan aksi multisektor,” kata Tedros.
Kemenkes memastikan bahwa kajian penggunaan terapi GLP-1 Berniat mempertimbangkan seluruh aspek, mulai dari efektivitas dan keamanan Sampai sekarang kesiapan sistem pembiayaan kesehatan nasional.
Keputusan akhir mengenai penerapan GLP-1 di Indonesia Berniat ditetapkan setelah seluruh proses evaluasi dan konsultasi dengan para Ahli rampung.
(tis/tis)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA











