Jakarta, CNN Indonesia —
Sekelompok ilmuwan berhasil menemukan artefak mata panah kuno yang diduga digunakan dalam sebuah invasi di Jerman pada 3.200 tahun lalu. Penemuan tersebut bahkan bisa mengungkap siapa yang pertama kali menyebabkan pertempuran di lembah Tollense, Jerman.
Konflik berdarah di lembah Tollense, Jerman utara pada 3200 tahun lalu masih menyisakan banyak misteri. Bahkan asal Striker Bahkan belum diketahui oleh arkeolog.
Lebih dari satu dekade para arkeolog bertanya-tanya siapa yang berperang di lembah tersebut.
Bertolak belakang dengan, dengan ditemukannya anak panah berbentuk khusus di Tempat, para peneliti beranggapan terdapat pasukan yang terdiri dari warga setempat melawan pasukan penjajah dari tempat yang jauh, tapi Dalang konflik tersebut masih menjadi misteri.
“Sudah jelas ada satu grup yang menyerang jauh melampaui batas sosio-politik mereka” ucap Barry Molloy, seorang arkeolog di University College Dublin, mengutip Science (22/9).
Peneliti Sudah menggali situs di sepanjang sungai Tollense sejak 2008. Prediksi radiokarbon di tulang belulang menunjukkan pertempuran tersebut terjadi pada 1250 SM. Bertolak belakang dengan analisis kimia di tulang belulang menunjukkan sedikit petunjuk tentang asal kedua kelompok.
Kendati demikian, penelitian menunjukkan grup tersebut hidup dan tumbuh di tempat yang berbeda. Satunya masyarakat lokal dan lainnya tumbuh di tempat yang jauh.
Peneliti Bahkan menemukan banyak mata panah dari perunggu dan batu di Tempat yang menancap pada tulang. Dari posisi saat ditemukan, kebanyakan mata panah perunggu terkonsentrasi di dua titik yang berjarak 100 meter dari sungai.
Dilihat dari posisi mata panah, baku tembak terjadi di awal pertempuran. Banyak ditemukan luka panah pada bagian belakang kerangka. Hal ini menunjukkan mereka Mungkin terpanah saat hendak melarikan diri.
Banyaknya kerangka yang ditemukan dalam situs galian yang tergolong kecil menunjukkan konflik ini melibatkan ratusan Sampai saat ini ribuan orang. Bahkan Sudah ditemukan 150 kerangka di bagian kecil lembah.
Masyarakat lokal tidak Mungkin merumahi tentara sebanyak itu, jadi tidak Mungkin konflik ini merupakan perseteruan lokal.
Arkeolog Leif Inselmann dari University of Berlin membuat katalog mata panah dari zaman perunggu yang berjumlah 4.743.
Mata pana ini ditemukan dari berbagai penjuru Eropa Utara Sampai saat ini tengah pada saat konflik Tollense terjadi. Upaya ini dilakukan untuk mengidentifikasi apakah anak panah yang ditemukan di sungai Tollense Merupakan produk luar daerah.
Pasalnya, di antara mata panah yang ditemukan, terdapat mata panah dengan desain Menarik yang berduri.
Dari usahanya diketahui saat zaman konflik Tollense terjadi, kebanyakan mereka menggunakan mata panah batu dan perunggu sederhana di area Jerman Utara. Sementara itu, orang-orang di daerah selatan yang jauh menggunakan mata panah perunggu dengan desain yang kompleks. Mata panah tersebut memiliki duri yang seharusnya bukan berasal dari daerah Utara.
“Mata panah tersebut tidak ada di area utara,” ucap Inselmann.
Pada zaman perunggu, orang-orang memang suka berpindah-pindah. Bahkan mereka memiliki jaringan barter dan perdagangan yang melintasi dunia. Tetapi Inselmann berpikir mata panah tersebut kecil kemungkinan berada di lembah Tollense melalui perdagangan. Karena perunggu merupakan barang yang berharga, jadi merugikan bagi mereka Bila membeli perunggu hanya untuk mata panah yang sekali pakai.
Inselmann justru berpendapat mata panah tersebut dibawa ke daerah utara dan ditembakan oleh pemanah dari kaki pegunungan Alpen, di sekitar wilayah yang Hari Ini ini disebut Bavaria.
(wnu/dmi)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA